Pages

Cara Mengatasi Penyakit Kutu Jangkar (Kutu Jarum)

Cara Mengatasi Penyakit Kutu Jangkar (Kutu Jarum)
Cara Mengatasi Penyakit Kutu Jangkar (Kutu Jarum)Kutu Jangkar/kutu jarum atau dalam bahasa inggris dikenal dengan Anchor Worm kerap membuat pusing pecinta ikan hias termasuk ikan Koi. Kutu jangkar secara termasuk dalam kategori Crustasea, yang hidup dibawah sisik ikan koi. Dalam hidupnya kutu jangkar bersifat parasit bagi ikan koi kesayangan, sehingga akan merugikan untuk kesehatan koi. Selain itu keberadaan kutu jangkar pada koi akan menimbulkan infeksi sekunder jika daya tahan koi dan kualitas air buruk. Infeksi sekunder ini terkadang bisa jauh lebih berbahaya.
Kutu jarum mempunyai siklus hidup langsung tanpa inang perantara. Kutu jantan dan betina akan berpasangan pada permukaan tubuh ikan. Meskipun demikian hanya kutu betina saja yang kemudian menjadi parasit. Kutu jantan akan mati setelah mereka kawin. Kutu betina akan menancapkan kepalanya kedalam jaringan tubuh ikan dengan bantuan alat berbentuk jagnkar sehingga dia bisa menempelkan dirinya dengan ketat pada tubuh ikan yang diinfeksinya. Hewan ini selanjutnya akan menyerap darah dan memakan bagian-bagian sel ikan.

Tanda-Tanda Serangan
Sebagai ektoparasit berukuran besar, cacing jarum dewasa mudah dilihat dengan mata telanjang. Mereka menempel pada permukaan tubuh ikan. Ikan yang terserang bisa menunjukkan gejala berenang kesana kemari dengan cepat, atau menggesek-gesekan tubuhnya pada benda-benda didalam akuarium dalam rangka membebaskan tubuhnya dari kutu yang menempel, atau dari irititasi yang ditimbulkan. Pada ikan besar, serangan ini bisa tidak berpengaruh, tapi pada ikan kecil seperti guppy, kehadiran mereka bisa berakibat fatal

Pencegahan dan PerlakuanKutu jarum/jangkar (Anchor Wormdapat diatasi dengan beberapa cara, cara paling sederhana adalah dengan mencabut satu persatu kutu dari ikan koi. Namun cara ini tentu sangat melelahkan jika jumlah kutu jangkar sudah sedemikian banyak. Selain itu pada saat kutu jangkar dicabut akan membuat ikan kesakitan dan meninggalkan bekas luka pada ikan koi, sehingga berpotensi merusak.
Cara lain adalah dengan menggunakan Dimilin. Dimilin bekerja dengan mengganggu praktek perkawinan cacing jangkar sehigga siklus hidup mereka akan terganggu. Ini juga berarti bahwa yang saat kutu jangkar menancap pada ikan koi,tetap tidak cedera, tetapi mereka akan tidak lagi mampu menghasilkan keturunan.
Pemberian larutan Kalium Permanganat (PK) pada kolam koi, juga mampu mengatasi menghilangkan kutu jarum pada ikan koi. Namun penggunaan larutan ini sekarang tidak direkomendasikan.
Abate yang biasa dipakai untuk membunuh jentik nyamuk juga bisa dipergunakan untuk membasmi kutu jarum. Dengan dosis disesuaikan dengan volume air dan beberapa kali, kutu jarum akan lenyap dari kolam koi. Selamat mencoba.
Baca Selengkapnya »»  

Cara Budidaya Ikan Gabus dan Pemijahan di Kolam

Cara Budidaya Ikan Gabus dan Pemijahan di Kolam  Ikan gabus adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di berbagai daerah: kabos (Mhs.) ,aruan, haruan (Mly.,Bjn),  bogo (Sd.),kocolan (Btw.),  kutuk (Jw.),bayong, bogo, licingan (Bms.),  dll. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama seperti snakehead murrel, common snakehead , striped snakehead ,chevron snakehead, dan juga aruan. Nama ilmiahnya adalah ( Channa striata ).

Cara Budidaya Ikan Gabus dan Pemijahan di KolamPeluang usaha budidaya ikan gabus terbuka bagi siapa saja yang ingin mengembangkan usaha perikanan. minimnya pasokan tak seimbang dengan besarnya permintaan dari konsumen ikan gabus, maka harga ikan gabus pun terbilang cukup mahal.
Ikan gabus malas bila sudah masuk ke restoran maka harganya bisa mencapai Rp 250.000,00 – Rp 300.000,00 untuk satu porsi dengan ukuran 0,8 kg -1 kg. Cara budidaya ikan gabus dapat anda simak di bawah ini.
** Kebiasaan Hidup Ikan Gabus di Alam
Benih ikan gabus tampak seperti serombongan ikan cere (Lebistes reticulates) di kolam. Gabus malas ini berasal dari Kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan Thailand. Ikan ini hidup di sungai, rawa dengan kedalaman 40 cm, dan menyukai perairan yang dangkal.
Ikan  ini cenderung memilih tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, atau wilayah bebatuan untuk bersembunyi. Di Indonesia, ikan ini ditemukan di Palembang, Muara Kompeh, Gunung Sahilan, Jambi, Danau Koto, Sungai Russu, Bua-bua, Banjarmasin, Sintang, Montrado, Batu Pangal, Smitau,Danau Boran, Pontianak, Sungai Kapuas, Serawak dan Ternate, Sungai Cisadane, Bengawan Solo, dan beberapa sungai besar lainnya.
1. Kebiasaan makan
Di alam, ikan gabus menangkap makanan yang jaraknya sangat dekat. Dengan bentuk mulut yang sangat lebar, bukan halangan bagi ikan ini untuk mengenyangkan perutnya.
ikan gabus termasuk golongan karnivora. Jenis pakan yang disukai adalah cacing, ikan-ikan kecil,  atau organisme lainnya, asalkan masih hidup. setiap harinya ikan ini bisa menyantap pakan ini dalam jumlah yang besar .
2. Kebiasaan berkembang biak
Di alam, ikan gabus kawin pada musim penghujan di tempat yang berpasir bersih. Ikan ini kawin secara berpasangan. Telurnya akan diletakkan di dasar atau ditempelkan pada substrat, pinggiran batu, atau akar pokok kayu yang bersih. Telurnya akan tampak seperti kabut atau kapas yang sangat lembut dan halus yang menempel pada substrat.
** Pengenalan Jenis
Awalnya, ikan gabus malas adalah hama yang mengusik ketenangan ikan-ikan peliharaan di kolam, sama seperti belut. Namanya sesuai dengan kebiasaan hidupnya. Ikan ini hampir-hampir tidak bergerak saking malasnya. Oleh karena itu, ikan ini harus diberi pakan hidup agar bereaksi. Ikan gabus malas dikenal juga dengan nama betutu.
Ikan ini memiliki sisik tipe ctenoid. Artinya, bentuk sisik kecil2 dan menyelimuti sekujur badannya. Pada bagian kepala sisik, terdapat moncong, pipi, dan operculum. Bagian operculum sisik ini lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya. Sirip dubur lebih pendek dari sirip punggung kedua. Ikan ini mudah dibedakan dengan ikan lainnya karena mempunyai warna tubuh cokelat kehitaman. Pada bagian punggungnya berwarna hijau gelap, sedangkan warna bagian perutnya lebih terang. Bagian kepala memiliki tanda berwarna merah muda.
Panjangnya bisa mencapai 45 cm. Badannya berbentuk bulat panjang. Mulutnya lebar, Sirip ekor berbentuk membulat (rounded) dengan kulit tubuh dihiasi belang-belang kecokelatan.
** Pemijahan di Kolam
1. Konstruksi kolam
Luas kolam pemijahan bervariasi antara 200 M2, tergantung ketersediaan lahan. Kolam berbentuk persegi panjang dengan letak pintu pemasukan dan pembuangan berseberangan secara diagonal. Tujuannya agar kolam bisa memperoleh air dari saluran langsung dan pembuangannya pun bisa lancar. Debit air kolam minimal 25 liter/menit. Pergantian air yang kotinyu akan berpengaruh positif terhadap proses pemijahan.
Bila lahannya sempit, bisa dibuatkan bak semen berukuran 2 mX 1 m x 1 m untuk pemijahan induk betutu secara berpasangan. Namun, bila mau memijahkan beberapa pasang di lahan terbatas bisa dibuat kolam tembok berukuran 4 m X 2 M X I M.
2. Persiapan kolam
Untuk kolam pemijahan seluas 200 m2, disiapkan induk yang rata-rata berukuran 300 g sebanyak 35-40 pasang. Sementara untuk kolam kecil, dengan luas 8 m2, dapat dimasukkan induk sebanyak 3-4 pasang.
Sebelum induk dimasukkan, kolam pemijahan dilengkapi dengan sarang pemijahan berupa segitiga yang dibuat dari asbes. Ukuran panjang segitigiga 30 cm yang diikat dengan kawat dan diberi pelampung untuk mengetahui keberadaannya.
Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan setelah kolam terisi air setinggi 40-45 cm. Selama proses pemijahan, sebaiknya kolam memper*oleh pergantian air secara kontinyu. Proses pergantian air secara kontinyu ini terbukti mampu merangsang pemijahan hampir semua jenis ikan secara alami.
3. Pemijahan
Tingkah laku pemijahan ikan gabus meliputi 5 tahap, yaitu membentuk daerah kekuasaan, membuat sarang pemijahan, proses kawin, memijah dan meletakkan telurnya pada sarang, dan menjaga telurnya.
** Memilih Induk
Induk ikan gabus umumnya dikumpulkan dari alam sebab perlu waktu yang lama dan pakan yang sangat banyak untuk menghasilkan induk di kolam.
Ciri induk  ikan gabus yang berkualitas
Betina : Badannya berwana lebih gelap.Bercak hitam lebih banyak. Papila urogenital berbentuk tonjolan memanjang yang lebih besar. membundar, warnanya memerah saat menjelang memijah. Ukurannya lebih kecil dibandingkan yang jantan pada umur yang sama.Berbadan sehat.Dewasa.
Jantan : Badannya berwana lebih terang.Bercak hitam lebih sedikit.Papila orogenital berbentuk segitiga, pipih, dan kecil.Pada umur yang sama ukurannya lebih besar daripada betina.Berbadan sehat.Dewasa.
** Penetasan Telur dan Perawatan Benih
Telur ikan betutu berbentuk lonjong, transparan. Ukurannya sangat kecil, kira-kira hanya bergaris tengah 0,83 mm. Telur tersebut melekat pada dinding sarang. Setelah kontak dengan air selama 10-15 menit, membran vitelinya akan mengembang terns dan panjang telur meningkat sekitar 50 % hingga telur berukuran 1,3 mm.
Penetasan telur dilakukan di akuarium dengan mengangkat sarang pemijahan yang telah berisi telur. Sebuah sarang pemijahan bisa ditempati oleh sepasang induk, tetapi bisa juga ditempati beberapa ekor induk. Kapasitas akuarium sebaiknya minimal 60 liter. Untuk menjamin proses penetasan, diberi aerasi agak kuat, dan ditetesi beberapa tetes
Malachytgreen atau Metilen blue untuk mencegah jamur (fungi). Telur yang terserang jamur akan tampak putih berbulu dan sebaiknya segera disifon agar tidak menulari telur yang lain.
Jumlah telur dalam setiap sarang berkisar 20.000- 30.000 butir. Telur tidak menetas dalam waktu yang bersamaan. Biasanya, penetasan berlangsung 2-4 hari. Setelah telur menetas, kekuatan aerator dikurangi. Adapun persentase telur yang menetas antara 80—90%.
** Pendederan
Pendederan dimaksudkan untuk memelihara larva yang baru menetas dan sudah habis kuning telurnya (yolk sack) ke dalam kolam untuk memperoleh ikan yang seukuran sejari (fingerling). Pendederan biasanya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pendederan I dan pendederan II.
Pendederan I dilakukan di dalam bak atau kolam yang lebih kecil, berukuran 5 m x 2 m dengan kedalaman 1 m. Kolam ini dipasangi hapa dengan ukuran mata 500 mikron (0,5 mm) yang berukuran 100 cm x 75 cm dan tinggi 60 cm.
Banyaknya hapa yang dipasang tergantung benih yang akan ditebar. Kepadatan penebaran di dalam hapa pada pendederan I yaitu 30.000 ekor /m2 atau 3o ekor/liter air. Jadi, ke dalam bak tersebut dapat ditampung sebanyak 100.000-150.000 ekor larva, hasil dari 3-5 buah sarang, dengan kedalaman air 50 cm. Lama pemeliharaan di dalam pendederan I ini yaitu 2 bulan. Dengan pakan yang disuplai dari luar, akan dihasilkan benih seukuran 1-2 cm dengan tingkat hidup mencapai 20%.
Untuk pendederan II, dibutuhkan kolam yang luasnya 50 m2 dengan ukuran 5 m x 10 m dan kedalaman kolam 0,7 meter. Kolam dipupuk dengan kotoran ayam sebanyak 0,5-1,5 kg /m2, tergantung dari kesuburan kolam. Lama pemeliharaan di pendederan II yaitu 4 bulan dan akan dihasilkan benih ikan berukuran 10 cm (30-50 g) dengan tingkat kehidupan bisa mencapai 100%.
** Pembesaran
Pembesaran dimaksudkan untuk menghasilkan betutu berukuran konsumsi. Kolam yang dibutuhkan seluas 200-600 m2.usahakan  kolam memperoleh air barn dengan konstruksi pematang kolam dari tanah dengan terlebih dahulu dipastikan tidak bocor. Idealnya, kolam
dengan pematang yang ditembok. Di dalam kolam ditempatkan beberapa tempat persembunyian berupa ban bekas atau dawn kelapa karena ikan gabus menghendaki lingkungan yang agak remang-remang.
terlebih dahulu kolam dipupuk dengan kotoran ayam dengan dosis 0.5-1.5 kg/m2. Kolam diairi dengan air yang sudah lewat saringan. Untuk benih berukuran 100 g dapat ditebarkan 20 ekor/m2, sedangkan yang berukuran 175 g dapat ditebarkan sebanyak 8 ekor/m2. Dalam tempo 5 bulan, benih yang beratnya 100 g dapat tumbuh menjadi 250 g/ekor, sedangkan yang berukuran 175 g dapat mencapai berat 400 g/ekor selama 6 bulan.
Demikinlah info singkat tentang Cara Budidaya Ikan Gabus dan Pemijahan di Kolam, semoga berguna.
Baca Selengkapnya »»  

Cara Ternak Ikan Cupang Yang Baik

Ternak Ikan cupang
Cara Ternak Ikan Cupang Yang Baik
Pendahuluan
Keindahan tubuh dan ciri-ciri yang spesifik yang dimiliki oleh setiap ikan hias serta nilai ekonomis, adalah faktor utama yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan hias. Salah satu jenis ikan yang memiliki syarat-syarat tersebut adalah ikan cupang hias.
Untuk membudiayakan atau mengembangkan ikan cupang hias tidaklah memerlukan lahan yang luas, cukup menyediakan areal sekitar 5 meter persegi. Di Wilayah Jakarta Pusat budidaya ikan cupang ada yang dilakukan diatas dak rumah dan dipekarangan yang relatif sempit, dengan menggunakan wadah bekas ataupun kolam bak semen atau akuarium. Ikan ini relatif mudah dipelihara dan dibudidayakan, karena tidak memerlukan pakan khusus. Pakan ikan untuk benih biasanya digunakan pakan alami berupa kutu air atau daphnia sp. yang dapat ditemukan di selokan yang airnya tergenang. Untuk induk cupang digunakan pakan dari jentik-jentik nyamuk (cuk). Untuk pertumbuhan anak ikan bisa diberi kutu air dan diselingi dengan cacing rambut, akan lebih mempercepat pertumbuhan anak ikan.
Wadah Budidaya
Pada umumnya wadah pemeliharaannya adalah bak semen atau akuarium yang ukurannya tidak perlu besar yaitu cukup 1 x 2 m atau akuarium 100 x 40 x 50 cm, sedang wadah perkawinannya lebih kecil dari wadah pembesaran, yang bisa digunakan antara lain : baskom, akuarium kecil atau ember dapat dipakai untuk memijahkan ikan.
Ciri-ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang hias jantan adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan menyerupai sisir serit, sehingga sering disebut cupang serit. Sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik (kusam) dan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan.
Ciri ikan jantan untuk dipijahkan :
Umur ± 4 bulan
Bentuk badan dan siripnya panjang dan berwarna indah.
Gerakannya agresif dan lincah.
Kondisi badan sehat (tidak terjangkit penyakit).
Ciri-ciri
ikan betina :
Umur telah mencapai +- 4 bulan
Bentuk badan membulat menandakan siap kawin.
Gerakannya lambat.
Sirip pendek dan warnanya tidak menarik.
kondisi badan sehat.
Setelah induk cupang hias dipersiapkan begitu pula dengan wadahnya maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemijahan :
  1. Persiapkan wadah baskom/akuarium kecil dan bersih.
  2. Isi wadah dengan air bersih dengan ketinggian 15 – 30 Cm.
  3. Masukkan induk ikan cupang jantan lebih dahulu selama 1 hari.
  4. Tutup wadah dengan penutup wadah apa saja.
  5. Sehari kemudian (sore hari) induk betina telah matang telur dimasukan ke dalam wadah pemijahan.
  6. Biasanya pada pagi harinya ikan sudah bertelur dan menempel disarang berupa busa yang dipersiapkan oleh induk jantan.
  7. Induk betina segera dipindahkan dan jantannya dibiarkan untuk merawat telur sampai menetas.
Pembesaran anak
  1. Ketika burayak ikan cupang sudah dapat brenang dan sudah habis kuning telurnya, sudah harus disiapkan media yang lebih besar untuk tempat pembesaran.
  2. Pindahkan anakan bersama induk jantannya.
  3. Kemudian benih ikan diberi makanan kutu air dan wadah ditutup.
  4. Sepuluh hari kemudian anak ikan dipindahkan ke tempat lain.
  5. Dan selanjutnya setiap satu minggu, ikan dipindahkan ke tempat lain untuk lebih cepat tumbuh.
Pasca Panen Pasca panen yaitu setelah ikan cupang hias mencapai 1 bulan sudah dapat dilakukan pemanenan sekaligus dapat diseleksi atau dipilih. Ikan yang berkwalitas baik dan cupang hasil seleksi dipisahkan dengan ditempatkan ke dalam botol-botol tersendiri agar dapat berkembang dengan baik serta menghindari perkelahian. Setelah usia 1,5 sampai 2 bulan cupang hias mulai terlihat keindahannya dan dapat dipasarkan.
Baca Selengkapnya »»  

Kriteria dan Ciri Ikan Louhan Untuk Kontes

Kriteria dan Ciri Ikan Louhan Untuk KontesBerikut adalah cara penilaian penjurian dalam kontes Louhan yang mungkin bisa menjadipedoman kita dalam memilih Louhan terbaik.
 Kriteria dan Ciri Ikan Louhan Untuk Kontes
OVERALL IMPRESION
1. First Impresion
-Menarik Perhatian Pada Pandangan Pertama ( Enak Dilihat dan Proporsional) Dikarenakan Memiliki Susunan Morfologis Yang Lengkap.
-Memiliki Keistimewaan Atau Kelebihan Ikan Pada Umumnya.
-Kelemahan Yang Tidak Fatal Ada Pada Bagian Ikan, Akan Mengurangi point.
2. Mental & Keaktifan Ikan
-Ikan Tidak Takut Didekati 
-Ikan Tidak Terlalu Over Agresif ( Akan Sulit Untuk Dilihat Keindahan Ikan tersebut )
-Mau Diajak Bermain / Atraktif Sendiri ( Menguasai Teritorialnya )
-Mempunyai Gaya Renang Yang Menawan.
3. Kesehatan ( Mengurangi Point )
-Kutil, Bisul, Luka Kecil, Fin Tail Sobek & Geripis, Hole In The Head, White Spot, Velvet, White Shit, Fungus, Cloudy Eyes, Pop Eyes.

HEAD
1. Bentuk / Shape Jenong ( Simetris )
-Bentuk Terbaik : Menyerupai Bulatan Bola / Coin Dilihat dari Depan & Samping
-Bentuk Baik : Swan Head, Menonjol Kedepan & Melebar Kesamping 
-Bentuk Kurang Baik : Tidak Simetris ( Kecil, Kurang Melebar Kesamping, Kurang Menonjol Kedepan & Tidak Menonjol Keatas )
2. Proporsional Jenong
Terbaik : Jenong Yang Sama Rata Dengan Mulut & Seimbang Dengan Badan ( Ukuran Jenong Yang Terlalu Besar Sering Mengakibatkan Gaya Renang Terganggu, Sehingga Ikan Berenang dengan Beban Didepan & Bagian Belakang Badan Terangkat Keatas)

FACE
1. Muka
-Tidak Berkerut / Tidak Banyak Lipatan, Tidak berair Mata ( Marking Di bawah Mata ) 
-Tidak Kotor & Marking Yang Masuk Ke Muka Ikan Dianggap Kotor 
-Daging Pipi Tidak Terlalu Tembem, Kecuali Kemalau
-Daging Pipi Harus Seimbang
2. Tutup Insang
-Tertutup Rapat
-Tidak Ada Cacat
-Tutup Insang Harus Bisa Buka Tutup Secara Normal.
3. Mata
-Bersih, Tidak Ada Flek / Bercak Warna Diluar Warna Mata Ikan Itu Sendiri 
-Bentuk Mata Bulat Kiri Dan Kanan Harus Seimbang Serta Pupil Harus Hitam & Bulat 
-Mata Sejajar Dengan Permukaan Muka, Tidak Terlalu Menonjol & Tidak Terlalu Tertutup Oleh Daging pipi 
4. Mulut / Bibir
-Tipis, Rata Atas dengan Bawah ( Untuk Cencu Tidak Terlalu Dipermasalahkan Apabila Bibir Tebal & Tidak Rata )
-Mulut Tidak Panjang / Monyong
-Mulut Tidak Miring
-Mulut Tidak Jatuh 
-Mulut Harus Bisa Buka Tutup Secara Normal.


BODY SHAPE
1. Proporsional Panjang & Lebar ( Skala ) 
-Terbaik Dengan Perbandingan 1 : 1,6 dari Ujung Mulut Sampai Ujung Pangkal Ekor
-Perbandingan Lebih Dari 1 : 1,6 Itu Lebih Baik Jika Dibandingkan Dengan Yang Kurang Dari 1 : 1,6 Secara Proporsional
2. Postur & Bentuk
1.Terbaik Adalah Bentuk Kotak & Simetris
2.Bentuk Daun Simetris
3.Bentuk Body Yang Kotak Dan Daun Tidak Simetris Antara Punggung Dan Perut Tetapi Ujung Body Masih Simetris Antara Atas Dan Bawah
4.Bentuk Segitiga Simetris
5.Bentuk Segitiga Tidak Simetris Antara Punggung Dan Perut Tetapi Ujung Body Masih Simetris Antara Atas Dan Bawah
6.Bentuk Body Yang Pada Bagian Ujungnya Tidak Simetris Antara Atas Dan Bawah
3. Pangkal Ekor
-Terbaik Adalah :
a.Lurus Sejajar Dengan Badan
b.Sisi Kiri & Kanan Memiliki Ketebalan Yang Sama
c.Tidak Naik / Turun
d.Lebar
e.Proporsional Dengan Body

MARKING
1. Fullness
-Dihitung Mulai Dari Pangkal Ekor Hingga Belakang Tutup Insang
2. Kontras Warna
-Warna Marking Hitam Pekat Dikelilingi Garis Metalik
3. Kerapihan & Keseimbangan
-Terbaik : Memiliki Jumlah, Bentuk Dan Jarak Yang Sama Dan Seimbang Baik dari Sisi Kiri Maupun Kanan
4. Bentuk
-Terbaik : 
1.Marking Flower Penuh & Double ( Double Marking Terpisah Dari Marking Dasar, Rapih & Seimbang )
2.Marking Flower Penuh Dengan Bentuk Sama, Rapih & Seimbang
3.Marking Flower Melengkung ( Harus Simetris ) Rapih & Seimbang
4.Marking Flower ¾ Rapih & Seimbang
5.Marking Flower ¾ + Grafik / Spidol Rapih & Seimbang
6.Marking Flower ½ + ½ Grafik / Spidol Rapih & Seimbang
7.Marking Flower Yang Menyambung Rapih & Seimbang
8.Marking Grafik Atau Marking Spidol Penuh Rapih & Seimbang
9.Marking Flower ½ Rapih & Seimbang
10.Marking Grafik Atau Marking Spidol ¾ Rapih & Seimbang
11.Marking Grafik Atau Marking Spidol ½ Rapih & Seimbang
12.Marking Double Menyambung

PEARL
1. Shinning :
1.Shinning Berwarna Emas
2.Shinning Berwarna Perak / Silver
3.Shinning Berwarna Biru / Hijau
4.Shinning Berwarna Putih

2. Fullness
-Penilaian dari Ujung Mulut Sampai Pangkal Ekor

3. Bentuk : 
1.Bentuk Titik Pasir Penuh
2.Bentuk Cacing Penuh
3.Bentuk Kombinasi
4.Bentuk Segitiga
5.Bentuk Jagung
6.Bentuk Metalik / Blocking
7.Bentuk Hologram

4. Kerapihan Dan Keindahan
-Jarak Dan Ukuran ± Sama

COLOUR
1. Kecerahan Warna
-Warna Merah,Orange, Kuning, Memiliki Nilai Yang Sama Apabila Mempunyai Kecerahan Yang Sama

2. Komposisi Warna
1.Terbaik Adalah Memiliki Lebih Dari 2 Kombinasi Warna Gradasi
2.Gradasi 2 Warna :
i.Mempunyai Perbandingan Gradasi Warna ± 50 : 50
ii.Mempunyai Perbandingan Gradasi Warna ± 25 : 75
iii.Mempunyai i Perbandingan Gradasi Warna ± 75 : 25
Angka Perbandingan Mulai Ujung Mulut Hingga Pangkal Ekor
3.Satu Warna Solid 
4.Kombinasi 2 Warna Terputus :
i.Mempunyai Perbandingan Kombinasi Warna ± 50 : 50
ii.Mempunyai Perbandingan Kombinasi Warna ± 75 : 25
iii.Mempunyai i Perbandingan Kombinasi Warna ± 25 : 75
Angka Perbandingan Mulai Ujung Mulut Hingga Pangkal Ekor
5.Satu Warna Terputus


3. Fullness
-Total Warna Dari Ujung Mulut Hingga Pangkal Ekor

FINNAGE
1. Ekor ( Bentuk, Kerapihan & Bukaan )
-Terbaik Adalah Bukaan & Kekakuan Ekor Seperti Kipas Cina
-Bentuk Ekor Tidak Lonjong Seperti Komet
-Apabila Sirip Ada Penyakit, Hitam, Transparan, Sobek, Geripis, Melipat Akan Mengurangi Point

2. Sirip Punggung ( Dorsal Fin ) & Sirip Bawah ( Anal Fin )
-Terbaik Adalah Mengunci / Menutup Rapat Dengan Ekor
-Ujung Sirip Tidak Panjang Melebihi Ekor
-Ujung Sirip Tidak Melintir
-Sirip Dorsal & Anal Harus Seimbang
-Apabila Sirip Ada Penyakit, Hitam, Transparan, Sobek, Geripis, Melipat Akan Mengurangi Point

3. Sirip Dayung & Sirip Dada ( Pelvic Fin )
-Tulang Rawan Sirip Dayung & Pelvic Harus Lurus
-Sirip Dayung Harus Lurus Ditengah Badan dan Tidak Mengarah Keatas Maupun Kebawah
-Sirip Dada Sama Panjang & Lebar
-Apabila Sirip Ada Penyakit, Hitam, Transparan, Sobek, Geripis, Melipat Akan Mengurangi Point

4. Motif
-Apabila Ada Motif Pada Fin & Tail Akan Ada Nilai Lebih / Nilai Tambah


ATURAN TAMBAHAN :
Klasik:
1.Mutiara Shinning Tidak Melebihi 25% 
2.Pembungkus Marking Dan Metalik Dalam Marking Tidak Dihitung Muriara
3.Pembungkus Marking Dianggap Mutiara Apabila Warna Hitam Atau Abu-Abu Marking Telah Hilang
4.Bentuk Hologram Tidak Dipermasalahkan
5.Ikan Yang Memiliki Persyaratan Diatas Baik Cencu Maupun Ching Hwa Bisa Masuk Kelas Klasik
Free Marking :
-Yang Menjadi Tolak Ukur Adalah Garis Marking Tengah :
1.Maksimal 3 Bentuk Marking Flower ( Walau Hanya Satu Sisi Badan )
2.Bentuk Spidol Atau Grafik Jelas Harus Dibawah Setengah Badan (Walau Hanya Satu Sisi Badan)
3.Titik-Titik Hitam Tidak Beraturan Atau Tidak Membentuk Marking Walaupun Penuh Bisa Masuk Kategori Free Marking
4.Titik-Titik Hitam Tidak Beraturan Atau Tidak Membentuk Marking Ditambah Lebih Dari Satu / Minimal Dua Bentuk Marking Sehingga Mencapai Setengah Badan Atau Lebih Tidak Bisa Masuk Kategori Free Marking
5.Marking Samar Yang Tidak Memiliki Persyaratan Diatas Tidak Bisa Masuk Kelas Free Marking
6.Marking Di Kepala Dan Pangkal Ekor Tidak Dihitung Sebagai Marking


PERATURAN – PERATURAN
FATAL = IKAN TIDAK BISA MASUK NOMINASI 

Apabila :
-Mulut Yang Terbuka Lebar Dan Bibirnya Tidak Dapat Bergerak Sama Sekali
-Tutup Insang Yang Terbuka Besar ( Sampai Terlihat Warna Merah Pada Bagian Dalam Insang Apabila Dilihat Dari Samping)
-Hilangnya Bagian Bibir Yang Terlihat Jelas
-Sirip Ekor Hilang 50%
-Sirip Punggung / Sirip Bawah Hilang 25%
-Sirip Dada / Sirip Dayung Yang Salah Satu Sisinya Hilang 50%
-Mata Yang Salah Satu Sisinya Lebih Kecil 50% Bila Dibandingkan Sisi Lainnya
-Organ Yang Menyimpang 50% Dari Fungsinya
-Ikan Yang Berwarna Hitam Akibat Stress Atau Akibat “FAKTOR LAIN” Sehingga Sangat Mempengaruhi Warna, Marking, Mutiara, Muka, Kepala & Fin Tail.
-Ikan Yang Sakit Atau Stress Sehingga Sangat Mempengaruhi Kondisi Dan Penampilan Ikan Tersebut.


Hal-Hal Yang Dapat Mengurangi Point :
-Sirip Dan Ekor Yang Disalon Akan Mengurangi Point
-Tulang Rawan Sirip Ikan Yang Ada Bekas Pertumbuhan Tidak Normal
-Abses
-Sirip Dan Ekor Yang Transparan (Khusus Golden Base)
-Ikan Yang Masih Mempunyai Flek Hitam (Khusus Golden Base)
-Ikan Yang Terlihat Tanda-Tanda Tahap Awal Proses Mutasi 
-Ikan Berwarna Hitam Akibat Stress Atau Akibat “FAKTOR LAIN” Walaupun Hanya Sedikit Mempengaruhi Warna, Marking, Mutiara, Muka, Kepala & Fin Tail 
-Ikan Yang Mempunyai Ketidaksempurnaan Secara Fisik Dan Mempunyai Penyimpangan Organ, Tetapi Tidak FATAL
-Ikan Sakit Tetapi Tidak Terlalu Mempengaruhi Kondisi Dan Aktifitas


Ikan Yang Tidak Bisa JUARA I Apabila:
-Sirip Yang Disalon, Dan Masih Terlihat Bekas Potongannya 
-Ikan Diam / Tidak Bergerak
-Ikan Tidak Ngeform / Tidak Kondisi
-Ikan Sakit (Perut Bengkak/Kembung, Hole In Head Yang Cukup Besar, Jamur Dan White Spot Yang Cukup Banyak, Dan Kutil/Bisul Yang Besar Lebih dari 1)
-Ikan Yang Masih Mempunyai Flek Hitam, Maupun Transparan Pada Bagian Sirip Walaupun Hanya Sedikit (Khusus Golden Base)
-Ikan Yang Masih Memiliki Bercak Hitam Pada Bagian Tubuh Walaupun Hanya Sedikit
-Ikan Yang Tidak Memiliki Kelengkapan dari Salah Satu Kriteria Pada Kelasnya (Kecuali Kemalau)
-Kepala Atau Badan Yang Mempunyai Luka Cukup Besar
-Sirip Yang Sobeknya Besar Dan Lebar
-Ikan Yang Mulutnya Selalu Terbuka Lebar
-Apabila Semua Ikan Nominasi Kondisinya Seperti Yang Tercantum Diatas, Maka Akan Dipilih Juara Dilihat dari Yang Terbaik 
Baca Selengkapnya »»  

Cara Mengatasi Penyakit Pada Usaha Budidaya Ikan Lele

Cara Mengatasi Penyakit Pada Usaha Budidaya Ikan Lele - Hama dan penyakit pada budidaya ikan lele sangat beragam. Hama ukuran besar tampak secara kasat mata sepert kucing, ular, linsang. Kalau di area sawah hama lele seperti kodok, ucrit, burung pemakan ikan dan hewan-hewan lain. Penyakit ikan lele biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak kasat mata.

Penyakit pada ikan lele perlu penanganan berbeda-beda tergantung jenis penyakitnya. Untuk mengetahui jenis penyakit ikan lele, bisa dilihat dari gejala-gejala luar.

Meski lele termasuk ikan tahan hidup dalam air berkualitas buruk, tapi sanitasi air memegang peranan penting dalam menunjang kesehatan lele.

Penyakit mikroorganisme bersifat parasit hidup pada tubuh ikan lele. Mikroorganisme ini biasanya berupa virus, bakteri, jamur, dan protozoa ukuran kecil.

Cara Mengatasi Penyakit Pada Usaha Budidaya Ikan Lele

Beberapa penyebab penyakit pada ikan lele antara lain:


1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan cambuk terletak di ujung batang, dan cambuk ini digunakan untuk bergerak. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron.

Gejalai : Warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan. Lele bernafas megap-megap di permukaan air.
Pencegahan : Lingkungan harus tetap bersih, termasuk kualitas air harus baik.
Pengobatan : Melalui makanan antara lain pakan dicampur Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.

2. Penyakit tuberculosis disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum
Gejalanya : Tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip.
Pengendalian : Perbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan : Dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5-7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5-15 hari.

3. Penyakit karena Jamur / Cendawan Saprolegnia.
Penyebab : Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.
Gejala : Ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Pengendalian : Benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5-3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1-0,2 ppm selama 1 jam atau 5-10 ppm selama 15 menit.

4. Penyakit bintik putih dan gatal (Trichodiniasis)
Penyebab : Parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.
Gejala :
(1) Ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air;
(2) Terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang;
(3) Ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian : Air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Pengobatan : Dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12-24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.

5. Penyakit cacing Trematoda
Penyebab : Cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.
Gejala : Insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.
Pengendalian :
(1) direndam formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit;
(2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam;
(3) menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ±30 menit;
(4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit;
(5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ±10 menit.

6. Parasit Hirudinae
Penyebab : Lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.
Gejala : Pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah.
Pengendalian : Selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah.

Penyakit ikan lele biasanya terjadi karena lingkungan air yang tidak baik, misalnya tercemar oleh zat-zat berbahaya, terlalu padat dan perubahan suhu drastis. Pada kondisi demikian daya tahan ikan lele menurun dan mudah terserang penyakit.

Penyakit ikan lele bisa juga berasal dari bibit lele sudah membawa penyakit dari asalnya, hanya belum menunjukkan gejala sakit saat ditebar. Untuk itu perlu berhati-hati dalam memilih bibit lele.

Cara lain mengatasi penyakit ikan lele adalah mengkarantina ikan lele sakit pada kolam khusus yang telah diberi garam ikan, selain dengan pengobatan-pengobatan diatas. 
Baca Selengkapnya »»  

Cara Pemijahan/Mengawinkan Ikan Lele

Cara Pemijahan/Mengawinkan Ikan Lele
1. Persiapan wadah dan substrat (kakaban)

Cara Pemijahan/Mengawinkan Ikan LelePersiapan bak pemijahan dilakukan sebelum dilakukan pemijahan. Untuk setiap pasang induk yang beratnya antara 0,5–1 kg diperlukan satu buah bak pemijahan dengan ukuran 1 × 2 × 0,5 meter atau 1 × 1 × 0,5 meter. Sebelum kolam atau bak digunakan, bak dicuci bersih agar kotoran-kotoran dan lumut yang menempel terlepas dan dasar bak menjadi bersih dan benih lele terhindar dari serangan penyakit.

Selanjutnya bak diisi air bersih setinggi 30–40 cm. Sebagai tempat atau media menempelnya telur, di dasar bak dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk. Ukuran kakaban disesuaikan dengan ukuran bak pemijahan. Namun, ukuran yang biasa digunakan panjangnya 75–100 cm dan lebarnya 30–40 cm. Sebagai patokan, untuk 1 pasang induk lele dumbo dengan berat induk betina 500 gram, dibutuhkan kakaban sebanyak 3–4 buah. Jika kurang, dikhawatirkan telur yang dikeluarkan ketika pemijahan tidak tertampung seluruhnya atau menumpuk di kakaban, sehingga mudah membusuk dan tidak menetas. Kakaban harus menutupi seluruh permukaan dasar bak pemijahan, sehingga semua telur lele dumbo tertampung di kakaban. Bagian atas bak pemijahan di tutup dengan seng atau triplek atau anyaman bambu untuk mencegah induk lele dumbo yang sedang dipijahkan meloncat keluar.

2. Pemilihan induk siap pijah

Tidak semua induk yang dipelihara dapat dipijahkan. Hal ini disebabkan belum tentu semua induk telah matang kelamin dan siap dipijahkan. Sebelum dipijahkan, induk dipilih yang sesuai dengan persyaratan. Salah satu persyaratan yang mutlak adalah induk telah berumur 1 tahun, baik jantan maupun betina. Pemilihan induk dilakukan dengan cara mengeringkan kolam induk, baik kolam induk jantan mapun betina, sehingga induk-induk ikan lele dumbo akan terkumpul. Selanjutnya induk-induk tersebut ditangkap dengan menggunakan seser atau serokan dan ditampung dalam wadah seperti tong plastik.

3. Penyuntikan hormon

Untuk merangsang induk lele dumbo agar memijah sesuai dengan yang diharapkan, sebelumnya induk harus disuntik menggunakan zat perangsang berupa kelenjar hipofisa atau HCG (Human Chlorionic Gonadotropine) atau ovaprim. Kelenjar hipofisa dapat diambil dari donor ikan lele dumbo yang telah matang kelamin dan telah berumur minimal 1 tahun. Penyuntikan menggunakan kelenjar hipofisa cukup dengan 1 dosis. Artinya, ikan donor yang akan diambil kelenjar hipofisanya, beratnya sama dengan ikan induk lele dumbo yang akan disuntik. Namun, jika menggunakan ovaprim, penyuntikan cukup dilakukan satu kali dengan dosis untuk induk betina 0,2 ml dan untuk induk jantan sebanyak 0,1 ml. Sebagai bahan pelarut digunakan air untuk injeksi berupa aquabidest sebanyak 0,3–0,4 ml. Penyuntikan dapat dilakukan pada 3 tempat, yaitu pada otot punggung, batang ekor dan sirip perut. Akan tetapi pada umumnya dilakukan pada otot punggung dengan kemiringan alat suntik 45°.

4. Pemijahan

Induk lele dumbo yang telah disuntik selanjutnya dipijahkan secara alami, atau dipijahkan secara buatan. Jika akan dilakukan secara semi buatan, setelah induk ikan lele disuntik dengan hormon maka induk tersebut dimasukan ke dalam bak pemijahan yang telah disiapkan. Induk akan memijah setelah 8–12 jam dari penyuntikan. Selama proses pemijahan berlangsung dilakukan pengontrolan agar induk yang sedang memijah tidak melompat keluar tempat pemijahan.

Pemijahan ikan lele dapat dilakukan secara alami, semi buatan dan buatan (induced breeding). Pemijahan ikan lele secara alami dapat dilakukan dengan memijahkan induk jantan dan betina tanpa perlakuan khusus. Induk ikan lele memijah berdasarkan kondisi alam dan ikan itu sendiri. Kelemahan pemijahan secara alami adalah pemijahan induk belum dapat diperkirakan waktunya sehingga ketersediaan telur juga belum dapat di perkirakan. Pemijahan secara semi buatan adalah pemijahan dengan cara memberi perlakuan khusus yaitu dengan menyuntik induk ikan menggunakan hormon. Hormon yang digunakan hormon sintetis atau hormon hypofisa. Jika Induk disuntik menggunakan hormon sintetis (Ovaprim) dapat dilakukan dengan dosis 0,1–0,2 ml di tambah aquabides sebanyak 1–2 ml. Pemijahan secara semi buatan induk jantan dan betina disuntik. Induk yang telah disuntik dimasukkan ke dalam kolam/bak pemijahan. Pemijahan secara buatan yaitu dengan menyuntikan hormon gonadotropin ke dalam tubuh induk betina. Untuk mendapatkan hormon ini ada yang sudah dalam bentuk cairan hormon siap pakai, ada pula yang harus di ekstrak dari kelenjar horman ikan tertentu.

Pada ikan lele yang akan dilakukan pemijahan secara buatan maka pengambilan sperma dilakukan dengan pembedahan perut induk jantan. Selanjutnya sperma diambil dan dibersihkan dari darah dengan menggunakan tisu. Kelenjar sperma dipotong-potong dengan menggunakan gunting kemudian ditekan secara halus untuk mengeluarkan sel sperma dari kelenjar sperma tersebut, lalu diencerkan di dalam larutan sodium clorida 0.9 % dalam mangkuk plastik yang bersih
.
Pengurutan induk betina dilakukan dengan hati-hati agar induk tersebut tidak terluka. Telur induk betina tersebut ditampung dalam baki dan pada waktu yang bersamaan sperma yang telah disiapkan sebelumnya dicampur dengan telur. Telur dan sperma diaduk menggunakan bulu ayam. Setelah telur dan sperma tercampur merata, lalu ditambah air sampai semua telur terendam dan biarkan beberapa menit agar semua telur terbuahi oleh sperma. Air rendaman yang berwarna putih selanjutnya di buang.

Telur yang telah dibuahi disebarkan kepermukaan substrat ”kakaban” dan direndam dalam bak sampai menetas. Untuk mencegah infeksi pada induk, maka setelah dilakukan pengurutan induk ikan ditreatment dengan cara direndam dalam larutan formalin 50–150 ppm selama 3 jam, kemudian induk ikan dilepas ke dalam bak fiber penampungan induk yang sudah disediakan.


Istilah terkait pemijahan : cara pemijahan, cara pemijahan ikan, cara pemijahan lele, ikan lele, kolam pemijahan, pemijahan cupang, pemijahan ikan, pemijahan ikan lele, pemijahan ikan mas, pemijahan lele, cupang, budidaya ikan, ikan cupang, ikan mas, ikan nila, pemijahan ikan cupang, pemijahan ikan koi, pemijahan ikan nila, pemijahan nila
Baca Selengkapnya »»  

Macam dan Jenis Ikan Koki Paling Cantik

Macam dan Jenis Ikan Koki Paling CantikKeanekaragaman ikan memang tidaklah mudah untuk dihitung berapa jumlahnya. Seiring dengan berjalannya waktu, aneka spesies baru khususnya jenis ikan maskoki (goldfish) semakin bertambah. Koki dalam bahasa latin disebut Catassius Auratus ini memiliki banyak varian, diantaranya adalah:

Blackmoor 

 Bila dilihat dari bentuk tubuh memang tidak ada yang aneh, karena tubuhnya sama dangan koki jenis ekor rumbai (veiltail). Tetapi ciri khasnya adalah warna tubuhnya yang hitam pekat.


Fantail/Ringetail/Ryukin

 
Di Jepang, fantail menduduki urutan kedua sebagai koki tersohor setelah lionhead (kepala singa). Memiliki ekor kembar menyerupai bunga yang sedang mekar dan panjang seperti halnya ekor koki veltail alias tosa (ekor rumbai). Ikan koki jenis ini memiliki sirip punggung yang bentuknya tegak, dua buah sirip dada dan ditambah dua sirip anus. 


Lionhead 

Ciri khas jenis ialah punggungnya tanpa sirip dan bentuk tubuhnya pendek. Bila diperhatikan punggungnya, maka tampak sedikit cembung dan ekornya melengkung. Siripnya terutama sirip dada dan perutnya kecil-kecil, sedangkan ekornya pendek, mekar seperti telapak tangan yang dibalikan.

Mata Balon (bubble-eye)

Ciri khasnya adalah adanya gelembung di bawah pelapuk matanya. Gelembung ini terdiri dari kantung yang berisi cairan yang mudah pecah dan rusak. Namun demikian, hal itu bukan lah yang serius karena beberapa minggu kemudian kantung ini akan pulih dan menggelembung kembali seperti sediakala.

Mata Teleskop (telescope eye/moor)

Kenapa namanya dinamakan ikan koki jenis telescope? karena ikan koki ini memiliki mata seolah-olah sedang menggunakan teleskop. Bentuk mata ini hanya akan muncul ketika koki berusia 3 tahun ke atas.

Oranda 

Oranda memiliki memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan lionhead, akan tetapi orandamemiliki sirip punggung dan ukuranya rata-rata panjang. Kemudian tubuh oranda sedikit lebih panjang dari lionhead. Ikan ini diyakini hasi;l dari kawin-silang koki lionhead dan fantail.

Ranchu 

Ikan mas koki jenis Ranchu Gold Fish dengan tampilan yang tidak biasa ini disebut sebagai "raja ikan mas" oleh orang Jepang. Ranchu adalah hasil dari kawin silang yang berbeda dari Lionhead Cina. Ikan ini tidak memiliki sirip punggung, dan memiliki banyak warna seperti orange, merah, putih, merah putih, biru, hitam, hitam putih, hitam merah, kuning pucat dan kepala merah yang sangat jarang dan langka.

Sisik mutiara (pearlscale)
  
Bentuk tubuhnya secara umum bulat gemuk. Siripnya sebanyak 6 buah dan ukuranya rata-rata pendek. Dari sekian banyak koki hanya jenis inilah yang memiliki sirip unik seperti yang terlihat pada gambar.

Veiltail/Tossakin/Tosa


Ikan tosa ini biasanya dipelihara di kolam, karena keindahannya akan tampak jika di lihat dari atas. Keunggulan koki ini terdapat pada sirip ekornya yang panjang dan melebar melebihi panjang tubuhnya sendiri. Sama seperti koki fantail, jenis veiltail juga memilki sirip sebanyak 6 buah. Dua buah diantarnya sirip dada, dua sirip anus, sebuah sirsip ekor, dan sbuah lagi sirip punggung. Ukuran sirip ini umumnya rata-rata panjang. Bentuk tubuhnya bulat dan gemuk. Gerakannya sangat lambat. Bila ia mulai bergerak tubuhnya gemetar seakan-akan ia tidak mampu mengapungkan badanya. Karena siripnya yang panjang dan gerakannya lemah, maka setiap kali ia berenang sirip-sirip ini ikut bergerak cantik.

Wakin 

Jenis koki yang dijuluki oleh orang jepang dengan nama wakin ini sebetulnya tak lain dari aoki biasa, (common goldfish). Ikan yang memiliki bentuk tidak jauh berbeda dengan ikan karper krusian yang menjadi cikal-bakal koki. Jika karper krusian memanjang dan langsing, maka wakinini memiliki tubuh agak bundar walau pun tidak sebundar tubuh koki yang bisa kita lihat, ekornya pun lebih lebar dan panjang. Jenis wakin ini merupakan mutasi lansung darikarperkrusian merah. Panjang tubuhnya dapat mencapai 20 cm. 
Baca Selengkapnya »»